Sabtu, 30 November 2013

MASALAH OLAHRAGA SEPAKBOLA INDONESIA


Saya tersentak saat membuka email di siang bolong, dan melihat ada pemberitahuan tentang komentar terbaru di salah satu tulisan blog ini.

"memang orang Indonesia bisanya cm omdong alias omong doank, bahkan komentator di teve merasa lebih pintar dibanding pelatih nya klub yg dikomentari."

Begitu kutipannya.
Komentar yang aneh.



Mungkin beliau belum pernah dengar istilah Sport Analyst. Di luar sana jika tidak lelah menggunakan Google, ada banyak blog-blog tentang olahraga yang bertebaran. Berasal dari mana saja pembuat blog tersebut ? Indonesia ? bukan, mereka bukan berasal dari Indonesia saja. Ada yang dari Italia, dari Inggris, dari Amerika, dan sebagainya. Sudah mengerti ? Semoga.

Kalau belum, coba lah baca blog-blog orang luar negeri, baca saja artikel-artikel di ESPN, atau disitus mana saja, jika saya sotoy, maka mereka juga sotoy. Mereka bukan pesepakbola, neither me, jadi menurut logika pengkritik diatas, tulisan-tulisan dan analisa sepakbola tidak seharusnya ada, karena mereka bukan pelakon sebenarnya dari apa yang ditulis. Kalau begitu, mati saja lah pemandu bakat, mereka kebanyakan bukan mantan pemain, tapi kenapa mereka menganalisa setiap bulir keringat bakat pemain untuk dilaporkan kepada bosnya ? Kenapa bukan sesama pemain saja yang mendapat tugas scouting ?


Jika mengikuti gaya si pengeritik, maka saya juga bisa katakan sebagai berikut;
"Lihatlah karakter manusia, mereka tidak pernah puas ! Di Indonesia, komentator dipersalahkan, dan mereka mengagungkan komentator luar, padahal, di luar negeri, justru orang sana sering menyalahkan komentator mereka juga. Inilah manusia, mereka tidak pernah puas dalam segalanya !"

tapi tidak demikian, saya sadar diri. Saya manusia.

Sekarang coba lihat lagi lebih dekat komentar dari orang yang membuat saya menulis artikel ini. Bisa ditemukan kontradiksinya ? Iya, coba lihat saja, dia berceloteh jika komentator di Indonesia merasa sok lebih pintar daripada para pelatih, tapi lihatlah, dia yang cuma berpangku tangan di depan TV, merasa sok lebih pintar daripada para komentator tersebut ! Disaat komentator tersebut dapat duit dari pekerjaan tersebut, malah dia bermuka masam dan misuh-misuh ! Betapa sedihnya.

Memang seorang penulis punya banyak sekali resiko, salah satunya, pembaca tidak puas. Namun itu sama sekali tidak bisa dijadikan alasan buat writer untuk tidak menyampaikan apa yang ada dikepalanya secara jujur. Ini hanyalah sebuah blog, anda bisa percaya dan ikuti, bisa juga tidak, karena ini sama sekali bukan ayat suci yang wajib dirapalkan dan diamalkan.

Saya sombong karena tidak mau menerima kritik ? Terimakasih atas pujiannya, tapi ini blog saya, saya berhak mengatakan apapun, bukan dengan cara malu-malu, tapi sebagai seorang laki-laki. Hitam adalah hitam dan putih adalah putih. 

Mungkinkah ini memang gaya (lagi-lagi menyalahkan) orang Indonesia yang gemar menyalahkan orang sendiri ? Kalimat yang disertai dengan pakem baku seperti "Inilah tipikal orang Indonesia" sudah menjadi sederet kata yang menjadi terlalu sering digunakan dan salah kaprah. Mereka yang mengatakan seperti itu, tidak sadar jika sebenarnya hal yang dipermasalahkan tersebut juga terjadi di luar negeri, alih-alih malah menyalahkan kaum sendiri.

Buka cakrawala, lihat disekeliling kalian sebelum berkomentar lumuran sekat.
Give Your Comment And Lets Discuss :)

2 komentar:

  1. sepak bola indonesia emang ribet, http://bribikan.blogspot.com/2013/11/pengertian-perubahan-sosial.html

    BalasHapus
  2. Iya gan. Semoga sepakbola Indonesia lebih baik lagi ya :) Jangan lupa di follow ya gan :) Trims telah berkunjung (y)

    BalasHapus